Selasa, 09 Agustus 2016
Sabtu, 23 Juli 2016
- 23.18
- 0 Comments
Yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah (YPPA) Bani Sya’roni berdiri sejak tanggal 01 Mei 2007 didirikan oleh Dadan Daniyal, S.Pd.I Bin Ny. Toto / KH. Hasan Sya’roni Taufiq Hidayat suami dari Ny. Imas Nurjanah, S.Pd.I. Kata “Al-Hidayah” diambil dari nama orang tua dari pendiri Yayasan tersebut yaitu KH. Taufiq Hidayat Hasan Sya’roni Bin Mama Hadthomi dengan tujuan untuk mengabadikan nama beliau serta melanjutkan perjuangan beliau dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) seutuhnya melalui pendidikan nonformal pondok pesantren, karena beliau adalah sebagai Wakif (yang mewakafkan) tanah untuk Yayasan tersebut dan merupakan salah seorang tokoh Ulama pendiri dan pembimbing Pondok Pesantren Nurul Huda Pajagalan Cililin yang didirikan oleh Mertua Beliau yaitu seorang Ulama Besar Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan panggilan Mama Ajengan Qomar (KH. Qomar Darojatulloh). Kata “Al-Hidayah” berarti “Petunjuk”. Maka dengan demikian mudah-mudahan Yayasan Pesantren ini dapat menjadi pusat (Center) pendidikan Islam yang dapat memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus untuk mendapatkan keridhoan Alloh SWT bagi para santri khususnya dan muslimin muslimat pada umumnya.
Dan Kata “Bani Sya’roni” diambil dari nama orang tua dari pendiri Yayasan ini juga yaitu KH. Taufiq Hidayat Hasan Sya’roni Bin Mama Hadthomi dengan tujuan untuk mengabadikan nama beliau, melanjutkan perjuangan beliau dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) seutuhnya melalui pendidikan nonformal pondok pesantren dan mengingatkan kepada para keturunan beliau untuk bisa berpartisipasi aktif dalam kelangsungan kegiatan pondok pesantren ini sesuai kemampuan masing-masing.
Pada tanggal 05 Juni 2008, Yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah (YPPA) Bani Sya’roni resmi mendapat Legalitas Badan Hukum dengan Akte Notaris No.23 atas nama Ny. Tatti Muktiati, SH, dengan mencamtumkan beberapa pendiri dalam akte notaris, diantaranya : 1) Dadan Daniyal, S.Pd.I (Ketua); 2) Bambang AR, S.Pd (Sekretaris); 3) Anwar Budiman (Bendahara); 4) Drs. H. Deden Hudri (Pembina); 5) Didin Saepudin Asy, S.Pd.I (Pengawas).
Dan pada tanggal 12 Oktober 2015, Yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah (YPPA) Bani Sya’roni resmi mendapat izin operasional Pondok Pesantren dari Kementerian Agama Republik Indonesia dengan Nomor : 6813 beserta Piagam izin operasional Pondok Pesantren dari Kementerian Agama Republik Indonesia dengan Nomor : Kd.10.26/4/PP.00.7/6814/2015 tanggal 12 Oktober 2015 dan Statistik Pondok Pesantren Nomor : 510032170255.
Tepat pada tanggal 01 Februari 2016 Yayasan ini resmi mendapat legalitas dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Menkumham RI Nomor : AHU-0006432.AH.01.04 melalui akte notaris perbaikan atas nama : Titin Nurnaeni, SH, MKn. No. 04 Tanggal 01 Februari 2016 dengan mencamtumkan beberapa pendiri dalam akte notaris tersebut, diantaranya : 1) Dadan Daniyal, S.Pd.I (Ketua); 2) Syahdan Kamil (Sekretaris); 3) Imas Nurjanah (Bendahara); 4) Drs. H. Deden Hudri (Pembina); 5) Atip (Pengawas).
Pertama kali berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah (YPPA) Bani Sya’roni ini telah berdiri sebuah bangunan Mesjid dengan nama “Mesjid Al-Karomah” dimana nama Al-Karomah ini diambil dari nama Wakif (yang mewakafkan) Masjid tersebut yaitu Ibu Rd. Hj. Romlah Ratna Ningsih Binti Bapak Rd. H. Atang Rosyidi yang nama panggilannya adalah Ibu Hj. Omah sebagai orang tua dari salah satu pendiri Yayasan tersebut yaitu Bambang AR, S.Pd (Sekretaris). Dan dari nama panggilan Hj. Omah itulah kami mengabadikan pertama kalinya pada Mesjid dengan nama “Al-Karomah” sebagai ungkapan rasa terima kasih atas perjuangan dan kebaikan beliau beserta keluarga dalam berpartisifasi aktif dalam pengembangan kegiatan Pondok Pesantren yang mudah-mudahan nama beliau selalu diingat oleh semua ummat yang ikut serta memakmurkan mesjid tersebut sehingga pahalanya terus mengalir kepada beliau dan keluarga sampai akhir jaman .
Yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah (YPPA) terletak di Kp. Manapa RT.01 RW.04 Desa Karang Tanjung Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah (YPPA) Bani Sya’roni merupakan salah satu dorongan dari para tokoh dan warga masyarakat sekitar yang peduli terhadap Pendidikan Agama dan Pendidikan Luar Sekolah. Karena kondisi daerah yang masih belum mampu untuk beranjak dari kondisi yang sebelumnya yang cenderung stagnan dan statis. Secara garis besar terdapat beberapa latar belakang yang menjadi dasar utama pendirian Yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah (YPPA) Bani Sya’roni, diantaranya adalah :
- Masukan dari para tokoh masyarakat yang menginginkan warganya maju, khususnya pada aspek pendidikan Agama dan Umum, Iman dan Taqwa (IMTAQ), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat yang berakhlaqul Karimah.
- Banyak anak-anak usia dini yang tidak tertampung pada pendidikan nonformal.
- Terdapat usia sekolah SD, SLTP dan SLTA yang drop out (DO) dan masih banyak yang belum tertampung di sekolah formal.
- Sumber Daya Manusia (SDM) masih kurang cakap, apabila dibandingkan dengan tantangan yang ada.
- Indeks pembangunan manusia (IPM), Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf masih kecil dibandingkan dengan daerah lain.
- Kondisi geografis yang membutuhkan program pendidikan fleksibel (adaptif ).
- Animo masyarakat untuk mengikuti pendidikan cukup tinggi, karena menginginkan kasetaraan dengan Desa lain yang sudah lebih dulu maju.
- Masih adanya masyarakat miskin secara ekonomi, dan tidak memiliki pekerjaan/ faktor produksi. Sehingga masih sangat bergantung dari bantuan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh situasi ekonomi yang tidak menentu. Akhirnya permasalahan pengangguran dan kemiskinan masih tetap ada dan membutuhkan penanganan segera.
- Masih adanya masyarakat miskin secara ekonomi dan tidak memiliki pekerjaan/faktor produksi, sehingga masih sangat bergantung dari bantuan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh situasi ekonomi yang sangat tidak menentu. Akhirnya parmasalahan pengangguran dan kemiskinan masih tetap ada dan membutuhkan penanganan yang segera.
- Masih adanya masyarakat pengangguran yang memilki potensi untuk bisa diberdayakan.
- Keterampilan masyarakat untuk memberdayakan diri dan memanfa’atkan lingkungannya masih kurang, sedangkan kondisi SDA (Sumber Daya Alam ) sangat potensial untuk diolah sebagai aset daerah.
- Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah
- Majlis Ta’lim Majlis Dzikir Rotib Al-‘Athos
- Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)/Kelompok Bermain (KOBER)
- Pendidikan Raudhathul Athfal (RA)
- Madrasah Ibtidaiyyah (MI)
- TKA/TPA
- Diniyyah Takmiliyah (DT)
- Kesetaraan Paket B (setara SMP) dan paket C (Setara SMA)
- Taman Baca Masyarakat (TBM)
- Kesetaraan Fungsional (KF)
- Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)
- Dan lain-lain
Jumat, 22 April 2016
- 18.15
- 0 Comments
dilakukan minimal 2 Rakaat hingga 12 Raka’at dan Waktu Mengerjakan Shalat Dhuha ini dikerjakan di pagi hari tepatnya sekitar jam tujuh pagi hingga sebelum masuk waktu Shalat Wajib Duhur. Cara Mengerjakan Shalat Dhuha ini pun dilakukan seperti mengerjakan Shalat Wajib, yg dikerjakan atau dilakuakan dg diawali Niat Shalat Dhuha dan
di akhiri dg kalimat Salam.
Walaupun Shalat Dhuha merupakan Shalat Sunnah 2 Raka’at tetapi mempunyai kelebihan dan Keutamaan Shalat Dhuha yg sangat banyak jika dikerjakan dg ikhlas oleh anda karena Nabi Muhammad Saw jg memerintahkan untuk mengerjakan Shalat Dhuha ini dalam Sabdanya yg berbunyi ” Bershalat Dhuhalah karena dapat mendatangkan Rezeki dan dapat menolak dari kekafiran serta tidak ada yg akan memelihara Shalat Dhuha melainkan orang-orang yg bertobat”.
Berikut ini saya tulis 8 Keutamaan luar biasa dari shalat dhuha yang perlu sahabat ketahui.
1. Waktu yang Sangat Penting
“Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang yang menampakkannya, demi malam apabila menutupinya, demi langit serta membinanya, demi bumi sertapenghamparannya, demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Dia mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya ”(QS. As-Syams:1-10).
Istilah dhuha dapat ditemukan pada beberapa tempat dalam Al-Qur'an. Kita dapat menemukan istilah dhuha kurang lebih pada tujuh tempat. Di satu tempat (QS Thaha [20]:59; AI-'Araf [7]:98; An-
Nazi'at [79]:46), kata dhuha diartikan sebagai "pagi hari" atau sebagai "panas sinar matahari" di tempat lainnya (QS Thaha [20:119]). Istilah dhuha juga bisa
mencakup kedua makna itu sehingga diartikan "sinar matahari di pagi hari" (QS As-Syams [91]:1). Pada tempat lain (QS An-Nazi'at [79]:29), kata dhuha diartikan sebagai Siang yang terang. Namun, makna dhuha ini barangkali tidak merujuk pada keadaan terangnya siang di tengah hari yaitu waktu dzuhur.
Pada pembukaan surah Ad Dhuha, Allah
berfirman, ”Demi waktu dhuha.” Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah dengan waktu dhuha, berarti waktu dhuha adalah
waktu yang sangat penting.
2. Wasiat Khusus dari Rasulullah
"Shalat Dhuha adalah wasiat khusus dari Nabi kepada Abu Hurairah dan kepada seluruh umat beliau secara umum." (Imam Thabari)
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah) memberikan pesan (wasiat) kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal nanti. Yaitu puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah mengerjakan shalat
witir’ ." (HR. Bukhari)
Jelas dari hadits tersebut, bahwasanya Rasulullah mewasiatkan umatnya untuk sebisa mungkin merutinkan shalat Dhuha.
3. Shalat Dhuha Bernilai Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
"Diriwayatkan dari Buraidah a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh tiga ruas. Ia memiliki kewajiban bersedekah atas setiap ruas tersebut.’ Para sahabat bertanya, ‘Siapakah
yang mampu melakukan hal itu, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Ludah di dalam masjid yang ia timbun (dibersihkan) atau sesuatu (penghalang) yang ia singkirkan dari jalanan (bisa mewakili kewajiban sedekah). Jika engkau belum mampu, dua rakaat shalat Dhuha sudah memadai untuk mewakili kewajibanmu bersedekah’ .”
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah,
setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala,” (HR Muslim).
4. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata: Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang. Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”. Mereka akhirnya saling berbicara tentang
dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya). Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?” Mereka menjawab; “Ya!” Rasul SAW berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya,” (Shahih al-Targhib: 666)
5. Dibangunkan Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad saw:
"Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga," ( Shahih al-Jami`: 634)
Diriwayatkan dari Anas secara marfu‘, "Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga."
Nabi Muhammad saw bersabda,”Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab al dhuha (pintu dhuha) dan pada hari kiamat nanti ada yang memanggil, ’dimana orang yang senantiasa mengerjakan shalat dhuha?’ inilah pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang (rahmat) Allah”.
6. Shalat Dhuha di Awal Pagi, Ganjaran Langsung di Sore Hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW berkata: Allah ta`ala berfirman: “ Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
“Diriwayatkan dari Nu‘aim bin Hammar a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kamu merasa lemah (kehilangan kesempatan) untuk beribadah kepada-Ku dengan cara mengerjakan shalat empat rakaat di awal waktu siangmu, niscaya akan Aku cukupkan untukmu di akhir harimu’ .” (HR. Abu Dawud)
7. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).
8. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan,” (HR Tirmidzi).
Sahabat semua, semoga kita dikuatkan
Allah untuk senantiasa istiqomah melaksanakan Shalat Dhuha. Amin..